CERITA BOKEP PERAWAN HABIS DI EMBAT

Cerita Dewasa Raja Ngentot Bokep Hot Mania Perawan Habis Di Embat




BACAKAN CERITA SELENGKAPNYA NANTI
Demi karirnya di sebuah Bank swasta pemerintah, ia terpaksa bolak balik Padang – Lubuk Sikaping tiap akhir minggu mengunjungi sang suami yang menjadi dosen pada sebuah Universitas di kota Padang. Awal widya mengenal Johan sejak widya kost di rumah milik kakak perempuannya. widya tidak begitu kenal dekat, widya hanya menganggukkan kepala saja saat bertemu dengannya. Diapun begitu juga pada widya. Jadi mereka belum pernah berkomunikasi langsung. Yah, sebagai adik pemilik rumah tempat kostnya, widya harus bisa menempatkan diri seakrab mungkin. Apalagi sifatnya yang suka menyapa dan memberi senyum pada orang yang widya kenal. widya tahu diri sebab widya adalah pendatang di daerah yang cukup jauh dari kota tempat widya bermukim.

Begitu juga dengan latar belakang Johan widya tidak begitu tahu. Mulai dari statusnya, usianya juga pekerjaannya. Perkenalan mereka terjadi di saat widya akan pulang ke Padang. Saat itu hari jumat sore sekitar jam 17.30. widya tengah menunggu bis yang akan membawanya ke Padang, maklum di depan rumah kost nya itu adalah jalan raya Lintas Sumatera, jadi bis umum yang dari Medan sering melewatinya. Tak seperti biasanya meskipun jam telah menunjukan pukul 17.50, bis tak kunjung juga lewat. widya jadi gelisah karena biasanya bis ke Padang amatlah banyak. Jika tidak mendapat yang langsung ke Padang, widya transit dulu di Bukittinggi, dan naik travel dari Bukittinggi. Kegelisahannya saat menunggu itu di lihat oleh ibu pemilik kost widya. Ia lalu memanggil widya dan mengatakan bahwa adiknya Johan juga mau ke Padang untuk membawa muatan yang akan di bongkar di Padang.

Dengan sedikit basa basi widya berusaha menolak tawarannya itu, namun mengingat widya harus pulang dan bertemu suami dan anaknya, maka tawaran itu widya terima. Yah, lalu widya naik truknya itu menuju Padang. Selama perjalanan widya berusaha untuk bersikap sopan dan akrab dengan lelaki adik pemilik kostnya itu yang akhirnya widya ketahui bernama Johan. Usianya saat itu sekitar 45 tahun.
Lalu mereka terlibat obrolan yang mulai akrab, saling bercerita mulai dari pekerjaan widya juga pekerjaan Johan sebagai seorang sopir truk antar daerah. Iapun bercerita tentang pengalamannya mengunjungi berbagai daerah di pulau Sumatera dan Jawa. widya mendengarkannya dengan baik. Dia bercerita tentang suka duka sebagai sopir, juga tentang stigma orang-orang tentang sifat sopir yang sering beristri di setiap daerah.
widyapun memberikan tanggapan seadanya, dapat dimaklumi karena widya yang di besarkan dalam keluarga pegawai negeri tidak begitu tahu kehidupan sopir. widyapun bercerita juga tentang pekerjaannya di bidang perbankan dan suka dukanya. Iapun sempat memuji widya yang mau di tempatkan di luar daerah, dan rela meninggalkan keluarga di kota Padang.

Ya widya tentunya memberikan alasan yang bisa diterima dan masuk akal. widya juga memujinya tentang ketekunannya berkerja mencari sesuap nasi dan tidak mau menggantungkan hidup kepada keluarga kakaknya yang juga termasuk berada. Iapun berkata bahwa truk yang ia sopiri itu milik kakaknya itu, setelah ia dan suaminya pensiun dari guru. Sedangkan anak-anak kakaknya itu sudah bekeluarga semua, juga bekerja di beberapa kota di Sumatera juga Jakarta.

Selama perjalanan itu mereka semakin akrab. widya sempat bertanya tentang keluarga Johan. Ia tampak sedih, menurutnya sang istri minta cerai dengan membawa serta 2 orang anaknya .Istrinya meminta cerai karena ada hasutan dari keluarganya bahwa seorang sopir suka menelantarkan keluarga. dan Johan memberi tahu dirinya sebab musabab ia bercerai dengan lengkap. Padahal bagi widya saat itu, hal itu tidaklah begitu penting, namun sebagai lawan bicara yang baik selama di perjalanan lebih baik mendengarkan saja. Hingga akhirnya widya sampai di dekat rumahnya di Padang.
widya di jemput suaminya di perempatan jalan by pass itu, widya sempat mengenalkan Johan pada suami dan suaminya, dan mengucapkan terima kasih atas bantuannya. Tak lupa widya menawarkan singgah untuk makan kerumahnya, namun Johan dengan sopan menolaknya dengan alasan barang muatan truknya harus di bongkar secepatnya. Dan mereka pun berpisah di perempatan by pass itu. Semenjak widya mengenal Johan, widya akhirnya sering menumpang truknya ke Padang. widya jadi tidak kuatir lagi jika tidak ada bis umum yang akan ke membawanya ke Padang.

Sejauh itu, keakraban widya dan Johan, mereka masih dalam batas – batas yang di tentukan norma masyarakat Minang. Ya kadang dalam perjalanan jika perut lapar, mereka singgah untuk makan dan widya selalu berusaha untuk membayar, sebab sebagai seorang wanita selalu ada perasaan tidak enak, jika semuanya menjadi tanggungannya. widya tidak mau terlalu banyak berhutang budi pada orang. Itulah prinsip yang dianutnya dari kecil.

Masa selama ke Padang udah gratis ,makan gratis pula?? Kejadian pulang ke Padang seolah telah biasa bagi widya bersama Johan. Kadang dia tidak ke Padang, hanya ke Bukittinggi, widya juga ikut menumpang, lalu dari Bukittinggi widya naik travel atau bis.

widya pun akhirnya telah menganggap Johan seperti kakaknya sendiri. Itu karena ia sering memberinya petuah tentang hidup, misalnya harus banyak sabar jika jadi istri, juga sikapku yang baik dimata ibu kost kakaknya itu. Terkadang widya sering membawakan oleh-oleh untukt ibu kostnya jika pulang, terkadang widya menyisihkan buat Johan, ya meski harganya tidak seberapa namun ia amat senang. Selama 2 bulan itu widya selalu bersama Johan jika ke Padang.

Mulailah Johan bersikap aneh. Kini dia jadi sering bicara jorok dan tabu. Juga ia mulai berani bertanya tentang gimana widya berhubungan dengan suami, berapa lama suaminya bisa bertahan dan berapa kali widya berhubungan selama seminggu.Pertanyaan-pertanyaannya ini tentu saja membuatnya merasa risih dan tidak enak hati. widya kadang berusaha untuk pura-tidur tidur jika ia mulai berbicara tentang hal-hal yang tidak pantas itu.



Meskipun ia mulai aneh dan bicara tentang hal-hal yang cabul itu. widya bersyukur hingga saat ini Johan tidak macam macam kepadanya. widya menyadari mungkin Johan sedang stress akibat hidupnya yang sendiri itu, namun widya tidak menanggapinya, dan seperti angin lalu saja. Hingga sampailah saat widya pulang dengannya untuk kesekian kali, ia berusaha memegang jemari tangannya. widya tentu saja kaget dan cemas, sekaligus takut. widya langsung menarik tangannya dari genggaman Johan.

“Da jaan da, widya alah balaki dan punyo anak ketek, apo uda ndak ibo membuek widya kecewa (bang jangan bang,,,,widya punya suami dan anak yang masih kecil,,apa abang tega membuat widya kecewa)?”

ucap widya. widya juga mengancam akan mengadukan perlakuannya itu kepada kakaknya. Johanpun lantas melepaskan tangannya yang akan kembali meraih jemarinya. widya juga berkatag padanya. “Cukuik sampai disiko sajo da, widya indak ka manumpang oto uda lai ( widya tidak akan menumpang truk abang lagi)”. Hingga widya sampai di Padang widya hanya berucap terima kasih lalu diam. widya masih kesal.Diapun sepertinya agak takut. Namun widya tidak tahu apa yang membuatnya jadi seperti tadi.



Hampir selama sebulan ini widya tidak melihat Johan di rumah kakaknya, namun truknya masih nongkrong di halaman samping rumah induk itu. Selama itu widya pulang naik bis yang kadang transit di Bukittinggi. widya tidak tahu kemana ia pergi, namun widya menanyakan pada ibu kosnya, dan widya di beri tahu bahwa Johan sedang mengunjungi mantan istrinya untuk menjenguk anaknya. widyapun larut dengan rutinitasnya seperti biasa. Namun hatinya yang tadinya kesal, dongkol dan marah kepada Johan tanpa sadari widya perasaannya mulai berubah.

Tiba – tiba saja widya malah sangat ingin bertemu dan ingin numpang pulang dengan truknya. Ya, widya seakan rindu berat. Hari jumat sore itu dengan masih mengenakan pakaian kerja dan penutup kepala, widyapun mau saja diajak pulang bareng dengan Johan yang mengantarkan muatan truknya ke Padang. Mereka berangkat jam setengah lima. Lalu dalam perjalanan lelaki berbadan tegap tersebut kembali bicara itu, tentangg hubungan laki-laki dan perempuan serta sifat perempuan yang memiliki libido tersembunyi. Juga kekuatannya berhubungan badan dengan lawan jenis. widya malah mendengar dengan seksama dan sesekali memberi komentar.



Mungkin saja karena lama tidak tersalur atau laki – laki itu punya kemampuan lebih dalam hubungan badan, juga mungkin bantuan obat pemanbah perkasaant pria, komentar widya. Sepertinya wanita muda tersebut tidak peduli lagi akan omongan joroknya Johan. Hingga senja. Sekitar jam 7 lewat mereka turun mampir di rumah makan di pinggiran jalan di Bukittinggi untuk beristirahat sejenak sambil mengisi perut.



Anehnya saat itu widya membiarkan saja saat tangannya di gandeng oleh Johan. Mereka makan dengan lahapnya. Dan setelah makan mereka berkemas dan berangkat untuk melanjutkan perjalanan menuju Padang Mobil mulai jalan meninggalkan rumah makan. Pas melalui daerah Bukit Ambacang daerah yang dulunya tempat pacuan kuda itu mungkin karena perut udah kenyang, dan dinginnya udara malam yang berembus dari celah kaca mobil, widya jadi mengantuk. widya menyandarkan kepalanya ke kaca jendela mobil, tetapi karena jalan yang tidak rata, kepala widya sering terantuk. Lalu Johan menawarkan, supaya widya tidak terantuk kaca agar widya mendekat kearahnya, dan bersandar di bahunya.

”Win…daripado adiek ndak bisa lalok, labiah elok cubo sanda an kapalo di bahu uda (widya daripada ga bisa tidur , lebih baik rebahkan kepalamu di bahu abang)” kata Johan.



”Ndak usahlah da, kan uda sadang manyopir, beko malah mambuek uda ndak bisa manyopir elok – elok, apolagi iko kan lah malam (nggak usahlah bang,,kan abang sedang nyetir, nanti malah bikin abang tidak bisa nyetir dengan baik.apalagi ini malam bang)” kata widya menolak dengan halus dan tidak mau mendekat padahal saat itu widya telah ngantuk berat.



Dengan sebelah tangannya Johan meraih tangan wanita muda itu dan menariknya agar mendekat, dan makin mendekat hingga duduk mereka menjadi menempel bersisian dan hanya di batasi handel persneling mobil. widya akhirnya menurut dan merebahkan kepalanya di bahunya lelaki tersebut. widya terlelap sesaat. Padahal hati kecil widya saat itu berbisik bahwa itu salah besar, dan widya mengetahui itu amat sangat tidak boleh. Namun widya juga merasakan dorongan yang jauh lebih besar untuk membiarkan itu terjadi.



Saat terpejam dan dalam keadaan setengah tertidur itu tanpa widya menyadari, tiba – tiba sebuah kecupan menerpa pipi dan bibirnyanya. Wanita muda itu kaget dan langsung bereaksi.

Langsung ia menolakkan muka Johan dengan tangannya. Johan pun menghentikan kecupannya meskipun tangan kirinya masih merangkul bahu widya agar tetap rapat menempel pada dirinya. widya berusaha melepaskan tangan Johan pada bahu kirinya dan mengingatkan agar ia konsentrasi ke jalan. ”Da sadarlah da, iko kan di jalan raya bisa cilako beko, caliak tu mobil lain kancang – kancang (Bang sadar bang ini jalan raya bisa kecelakaan, mobil lain pada ngebut tuh)” kata widya mengingatkan.



Johan pun menurut dan kembali berkosentrasi mengemudikan truknya.. Tak lama kemudian saat truknya berjalan perlahan karena macet di daerah Padangpanjang, saat widya yang masih merebahkan kepalanya pada bahu Johan, terkejut karena tiba – tiba saja karena bibir berkumis Johan menghampiri bibir tipisnya dan mengecupnya sekilas. widya langsung terbangun dan duduk kembali menjauh dari bahunya. Perasaannya sangat dongkol tidak bisa berkata – kata apalagi berbuat kasar ” Eh da Johan ko ndak mangarati juo, widya mintak jaan di ulangi, badoso da, apo kato urang beko kalau mancaliak tadi (Eh bang Johan ini tidak juga ngerti, widya mohon jgn di ulang lagi ini, dosa bang apa nanti kata org jika lihat kita saat itu tadi)?”.

Namun, Johan sang sopir dia tetap santai-santai saja, seakan – akan widya mengizinkan Johan berlaku demikian ” Abihnyo widya mambuek uda galigaman (habis widya bikin abang gemas)” jawabnya sambil meminta maaf. Kembali wanita muda tersebut diam membisu selama perjalanan, tidak menggubris apapun yang Johan katakanKembali tangan kiri Johan meraih bahu widya untuk mrengkuhnya agar kembali rebah pada bahunya. Selama perjalanan itu Johan tidak lagi menciumi widya, hanya meremas remas jari lentiknya dan mengecupi kepalanya yang masih mengenakan penutup kepala. Rasa hangat dan nyaman menghampiri perasaan widya saat itu.



Hingga… Saat truk mereka memasuki wilayah jalan by pass yang gelap itu dekat simpang bandara yang baru sekarang ini, lelaki itu melambatkan laju truknya dan kembali menciumi dan melumat bibir wanita muda itu. Hanya saja herannya widya malah membiarkannya saja. Jujur diakuinya ada desir – desir gairahnya yang mulai bangkit. Lalu Johan menghentikan truknya di tengah jalan dan kembali… menciumi, melumat bibir sebelah bawah milik widya kembali dengan lebih bergairah. Tangan kanannya mulai naik meraba menemukan bukit padat yang membusung terbungkus di dada wanita muda tersebut .

Meremasnya perlahan. widya diam, matanya terpejam dan menikmati betapa gairahnya yang telah terbit kembali meluap. Dalam keasyikan mereka tersebut. Tiba – tiba… Ada cahaya dari lampu mobil dari arah berlawanan menyorot kepada mereka. Dan langsung Johan menghentikan aksinya, lalu kembali pada posisinya menjalankan mobil tersebut hingga rumah wanita muda tersebut. Sesampainya di rumah, widya masih saja terbayang akan perlakuan Johan pada dirinya.

Untunglah saat itu suaminya sedang berada di Jakarta dan takkan mengetahui perubahan sikapnya tersebut. Hingga pada waktu tidur pada malam itu widya bermimpi melakukan hal yang sama hingga ia disetubuhi oleh Johan. Dalam mimpinya ia merasa amat puas, puas yang berbeda sekali saat ia melakukan dengan suaminya.

Kembali kini widya ke Pasaman, dan bekerja seperti biasanya. Telah 3 minggu ini ia tak bertemu Johan. Kata kakaknya Johan sedang ada muatan ke Pematang Siantar. widya sangat berharap untuk bertemu. Dirinya dilanda rindu yang sangat merajam perasaannya. widya seolah – olah menjadi seorang remaja putri yang amat rindu pada kekasih saat itu. Membuat pikirannya hanya tertuju pada Johan seorang. Beberapa minggu kemudian mereka bertemu dan kembali berangkat bersama saat widya hendak pulang ke Padang.



Saat di perjalanan Johan minta widya untuk melepas kacamata widya. widya heran kenapa dia meminta widya melepaskan kacamata? ”Uda taragak mancaliak mato diek Win indak mamakai kacomato (Abang ingin melihat mata Dik Win tidak mengenakan kaca mata) .

” kata Johan. widyapun menurut lantas melepas dan menyimpannya dalam kotak dan kemudian memasukan dalam tas miliknya. Sepanjang perjalanan itu widya tidak mengenakan kacamata. Kembali tangan kiri Johan merengkuh bahu widya, menariknya agar duduk berdekatan. widya yang tidak ngantuk bergeser mendekati dan karena merasa tidak enak dengan hawa kaki lelaki itu dari bawah dashbord dekat stirnya itu kemudian menegakkan kepalanya dan tidak rebah dibahu Johan.



Dan kembali dalam perjalanan menuju Padangpanjang Johan meminta widya melepas penutup kepalanya ” Win uda taragak mancaliak rambuik widya, salamo iko uda alun pernah mancaliaknyo, sabanta sajonyo, kan hanyo diateh oto iko, ndak ado do nan ka maliek (Win..abang ingin melihat rambut widya…selama ini abang belum pernah lihat.sebentar aja Win, kan hanya di atas truk ini, tidak ada yang akan lihat)” katanya. dengan alasannya ia sudah sangat lama ingin melihat rambutku. ”Jaan daa, widya alah barumahtanggo.. punyo anak.. widya taragak manjadi ibu jo istri nan elok.., sabab uda beko bisa barubah pangana..,

widya kuatie da (jangan lah bang,widya sudah berkeluarga,juga punya anak, jadi widya ingin, jadi ibu dan istri yang baik, sebab jika Win buka kerudung, nanti,abang bisa berubah pikiran, widya kuatir bang)”. widya merasa keberatan, sebab merasa amat telanjang jika kerudungnya lepas. ”Alaa, Diek widya jaan takuik ka uda, uda kan indak jaek, apolagi uda sayang bana ka widya, walaupun alah punyo laki jo anak (Ala..Dik widya jangan takut ama abang, abang kan bukan orang jahat, apalagi abang amat sayang pada widya,meski abang tau widya sudah punya suami dan anak)” kata Namun Johan menyakinkan. widya bahwa ini hanya sebentar. Lalu widyapun meluluskan permintaannya. Penutup kepalanya dilepas dan di taruh, di pangkuannya sendiri.
Tangan kiri Johan naik dan membelai rambut widya, dari atas lalu turun ke tengkuknya yang di tumbuhi rambut halus. ”Uda suko mancaliak bulu roma di kuduak diek Win (abang suka melihat rambut halus di tengkuk dik Win) ” ujar Johan. ”Harum bana (sangat wangi)” lanjut lelaki tersebut seraya menarik leher wanita muda itu mendekat kearah wajahnya. Dan mencium tengkuk berbulu halus itu. widya merasa geli dan merinding, sebab gairahnya mulai terpicu. Lalu ia merebahkan kepala widya di bahunya di sepanjang jalan yang macet, pada penurunan Lembah Anai tersebut.



Sesekali ia meraba pipi wanita muda tersebut ”Pipi diek Win aluih jo barasiah (Pipi dik Win halus dan bersih)” tambah Johan. widya diam saja. ”Biasalah laki – laki, suka menyanjung.

Seperti biasa dilakukan suamiku sebelum menciumi aku” batin widya. widya pun lalu berusaha memicingkan matanya. Namun saat laju mobilnya terhenti karena macet Johan mencoba menciumi pipi kirinya terus turun hingga menemukan bibir tipis yang tersaput merah dan mengecupnya sesaat. widya berusaha mengatupkan bibirnya namun tangan kanan Johan berusaha masuk kedalam kaos panjang lengan putih bergaris pakaian atasnya itu melalui bawah kaos. Tangan lelaki itu menyentuh pembungkus dadanya yang membusung. widya memejamkan matanya ”Uhhh…’desah wanita muda itu perlahan. Sehingga widya tidak dapat berbuat apa apa selain hanya menikmati dan larut karena tangan kanannya saat itu masih memegang penutup kapalanya di pangkuan. Beberapa saat kemudian Johan menarik tangannya dan kembali melajukan truknya menuju arah Sicincin saat macet telah berakhir.



Saat di jalan Sicincin itu mobil saat itu berjalan perlahan karena macet, meski tangan kirinya di stir Johan dengan tangan kanannya merengkuh wajah widya, dan tiba – tiba saja bibir wanita muda tersebut di lumatnya. widya langsung saja terpana dan kaget, mukanya memerah. Namun widya tidak bisa marah karena rasa nikmat yang mulai timbul ..

Akhirnya Johan melepaskan bibir merah milik widya. Namun tangan kiri Johan kini meremas jari lentiknya. Sehabis jari wanita muda itu di remasnya, tangannya mulai merayap masuk ke dalam melalui belahan atas kaos kaos panjang lengan yang bergaris putih yang saat itu ia kenakan berpadu dengan celana panjang. widya sadar dan menahan laju tangan tersebut dengan tangan kirinya. Saat itu baru bagian perutnya yang tersentuh oleh tangan Johan. Terasa hangat dan kasar. Tangan Johan lalu keluar dan dia kembali asyik dengan stir. Saat memasuki jalan by pass…



Jalanan gelap sekali hanya beberapa tempat saja yang di terangi lampu jalan, Johan menepi dan menghentikan truknya di pinggir jalan. ”Ko baranti da (kenapa berhenti bang)?” tanya widya bingung. Johan diam saja tak menjawab, dan kembali merengkuh bahu wanita muda tersebut. Menariknya mendekat kearahnya. Dan diatas mitsubishi colt berwarna kuning tersebut bibir widya kembali dikecupnya. Tidak saja di kecupnya, kuluman dan lumatan juga dilakukan Johan pada bibir lembut wanita cantik tersebut.
Mengelitiki setiap ujung bibir tipis tersebut dengan tekun. Sedikit demi sedikit gairah dalam tubuh wanita muda tersebut bangkit. widya membalas setiap lumatan bibir Johan, membuka mulutnya memberikan keleluasaan pada lidah Johan untuk menikmati kebasahan di dalamnya. Lidah mereka saling berpilin, membelit di dalam. Tangan kanan Johan merayap masuk kedalam kaos panjangnya melalui bagian bawahnya, bergerak naik keatas menemukan bukit membusung padat di sebelah kanan lalun meremas dan memijit bukit padat milik widya tersebut dari luar bahan pembungkusnya.



Wanita muda tersebut seolah tak mampu menolaknya. widya berusaha melepaskan tangan Johan, namun keinginannya di kalahkan oleh hasratnya yang telah terpicu. Dirasakannya begitu hangat dan cekatan tangan lelaki itu mengirimkan berjuta-juta sengatan birahi disana. Tubuh indahnya mulai menggeliat – geliat dalam dekapan Johan di dera nikmat pada sekujur pori – porinya.

Selang sekitar 25 menit kemudian Johan menghentikan perbuatannya. ”Indak usahlah disiko, daerah iko agak angek, acok tajadi parampehan (Jangan disini, daerahnya rawan sering terjadi perampasan)” ujarnya kuatir kemudian. widya diam, membenahi pakaiannya mulai dari kaos dan penutup kepalanya, juga membenahi napasnya yang sempat memburu disertai gairahnya yang sempat meninggi. Lagi pula persimpangan arah ke rumahnya telah dekat.

Mobil Mitsubishi kuning itu pun kembali bergerak. widya terdiam selama perjalanan menuju persimpangan rumahnya. Ada penyesalan dalam dirinya saat itu bisa terlibat sejauh itu, namun seakan terhapuskan rasa yang timbul akibat perlakuan lelaki tersebut pada dirinya. Begitu sesampainya widya di rumahnya sekitar pukul setengah sepuluh malam itu widya langsung mandi. Ternyata suaminya masih berada di kampus.

Malam itu widya sempat bersetubuh dengan suaminya widya heran malam itu ia kurang bergairah seolah hanya terpaksa menjalankan kewajiban saja. ”Alah lamo awak indak bahubuangan diak (sudah lama kita tidak berhubungan dik)” kata suaminya. widya merasa berhutang pada suaminya karena memang dalam minggu ini mereka belum pernah berhubungan badan. Dengan enggan widyapun menuruti keinginan suaminya.



Di ranjang mereka malam itu ditengah kesibukan suaminya mengayuh biduk asmara mereka, tiba-tiba datang sekelebat bayangan berupa sosok Johan .Langsung gairah dan nafsunya mereda. widya langsung kehilangan gairah di tengah pergumulan mereka, namun demi menjalankan tugasnya sebagai istri, maka widya berpura-pura menikmati hubungan itu hingga selesai. Aktifitas widya kembali seperti biasa hingga ia kembali ke Pasaman, daerah tempat bekerjanya. Dan bekerja seperti biasanya.

Hari itu hari Selasa. Saat ia pulang ke kost-anya. Didapatinya rumah dalam keadaan kosong. Rupanya sang ibu kost beserta suaminya berangkat ke Palembang mengunjungi salah seorang anaknya di sana. Dan praktis hanya widya yang berada di rumah itu. Johan dan juga tak kelihatan. Besoknya pada hari rabu Johan muncul namun tidak dengan truknya. ”Oto sadang di pelo-an di bengke (truk sedang diperbaiki di bengkel) ” ujarnya Johan menerangkan pada widya saat menanyakan truknya.

Malam itu Johan mengajak widya. ”Win ..alah makan Win (Win udah makan Win)?”tanya Johan. ”Alun lai da (Belum bang)” sahut widya. ”Kalua awak makan lah, ado tampek nan rancak untuk makan daerahnyo dingin jo tanang (Ayo kita makan keluar, ada tempat makan yang bagus, daerahnya dingin dan sepi) terang Johan mengajak wanita muda tersebut.



”Ndak baa do da (Boleh bang)” sahut widya. “Tapi jan lamo – lamo yo da (Tapi ga lama kan bang)?” sambung widya kembali. Lalu widyapun masuk ke kamarnya dan berganti pakaian. Mengenakan kaos panjang lengan berwarna merah muda dan jaket serta bawahan celana panjang berbahan katun hitam kemudian berangkat bersamanya. Kebetulan ada mobil kakaknya yang ditinggal.



Sebuah toyota starlet berwarna merah. Mereka berangkat sekitar jam 7 malam itu. Tempat yang mereka tuju terletak agak jauh arah ke Medan tetapi masih di wilayah Lubuk Sikaping sekitar 1 jam perjalanan dari ibukota kabupaten tempat tinggalnya. Saat itu Johan mengenakan kaos oblongnya dan jeans biru Mereka makan di sebuah warung makan yang terbuat dari anyaman bambu menyerupai saung yang dinding setinggi tertutup setinggi bahu orang dewasa.

Mereka makan ikan bakar dan duduk secara lesehan. widya berada pada sisi kanannya Johan. Memang tempatnya amat romantis, apalagi saung itu lampunya redup dan bunyi jangkrik, meningkahi suasana makan mereka. Mereka makan, berbincang, bercanda dan sesekali saling menyuapi. Setelah makan mereka duduk bersantai.

Mereka mulai saling berciuman, saling berpelukan erat. widya terlena oleh suasana. widya rebah di pangkuan pada paha kirinya Johan. widya memegang lengan Johan. Wajah mereka saling tatap dalam senyuman. Perlahan Johan membelai wajah wanita muda tersebut. Merabai kehalusan kulitnya. Wajahnya menunduk turun mendekati wajah widya. widya merasakan jantungnya berdegup kencang Johan mengecup kepala widya yang masih tertutup, turun kekeningnya terus ke pipi yang licin dan bergerak naik menjumpai sepasang bibir lembut yang memerah. Di kecupnya perlahan.



widya memejamkan matanya saat bibir berkumis lelaki itu mulai melumat bibir tipisnya. Awalnya widya hanya diam namun akhirnya widya mulai menerima dan bereaksi dan ikut arus lumatannya. Ada hawa kuat yang menggiringnya untuk mengikuti alunan gairah yang diberikan Johan. Lidah mereka telah saling belit dalam kebasahan mulut widya.



Sedangkan tangan kiri Johan telah mulai merayap. Awalnya mengelus leher bagian dalam terus turun masuknya lewat lobang krah ke arah dada dan masuk kebalik bra dan meremasputing bukit padatnya yang membulat dengan perlahan. Rabaan tangan kanan Johan merayap di sepanjang batang paha widya mengelusnya bergantian paha kiri dan kanan tak terlewatkan meski kedua kaki widya tetap rapat. Menurun pada bagian dalamnya dan mengelusnya dengan lembut. Lecutan gairah segera meletup dalam diri widya.

Napasnya mulai memburu, tersengal -sengal. Kurang lebih 1 jam kemudian baru mereka pulang ke rumah. Saat di mobil kejadian itu terjadi lagi pada perjalanan pulang sekitar 5 menit. Mobil starlet merah itu sengaja di hentikan Johan. Didalam mobil itu masih di kursi depan Johan kembali meraba dengan tangan kirinya. wajah dan terus ke dada widya yang saat itu masih terbungkus kaos panjangnya.



Johan pun melumat bibir tipisnya. widya hanya bisa diam meski lidah Johan dengan leluasa telah mengait – ngait lidahnya dalam mulutnya… agak lama…. sebelah tangan Johan lalu berusaha masuk kedalam celana panjang katun yang widya kenakan, tangan kiri itu menyelinap masuk dan mulai menyentuh bagian kewanitaannya diluar pakaian dalamnya widya seperti tersengat… geli. namun widya menariknya kembali tangan tersebut beraksi beberapa saat. ”Jaan lah da… ,widya alah punyo laki jo anak (jangan bang widya udah mempunyai suami dan anak)” ujar widya lirih.

”widya malu…”tambah widya mencoba menahan keinginan Johan saat itu disela –sela napsunya yang telah bangkit hampir membakar dirinya. Johanpun menurut dan kembali menghidupkan mesin mobil berangkat menuju rumah. Dan begitu sampai mereka langsung masuk rumah. widya masuk kerumah pavilunnya dan terus masuk ke dalam kamar.

Sedangkan Johan pergi lagi, ada urusan katanya. Padahal saat itu widya sudah sangat terangsang, batinnya menuntut pelepasan dan kalaupun dia datang menemuinya kembali untuk menuntaskan apa yang mereka telah mulai… widya pun takkan kuasa menolak rasanya.

Tetapi tampaknya Johan memang tengah berusaha memancingnya. Paginya widyapun kembali menjalankan aktifitasnya di kantor seperti biasanya Malamnya, malam Jumat itu mereka kembali makan malam bersama diluar namun tidak di tempat kemaren malam itu. Denag arah yang sama ke arah Medan, tapi berbelok kekanan. Suasana tempatnya seperti umumnya restoran, ada beberapa orang singgah untuk makan.



Tempatnya juga tidak begitu ramai. widya maklum Johan mengajaknya ke luar dari kota itu agar mereka tidak di pergoki oleh temannya ataupun teman sekantornya widya. mereka hanya makan saja, kemesraan mereka tidak seperti kemaren malam. Malam ini mereka hanya saling berpegangan tangan saja. Dan setelah itu mereka langsung pulang Malam Jumat itu widya telah jatuh dalam pelukan dan takluk pada keperkasaan Johan di atas ranjang. Ya.., semalaman mereka berhubungan hingga pagi.

Pagi hari Johan bangun terlebih dahulu, meninggalkan widya masih terlelap di ranjang yang telah acak-acakan tersebut. Saat widya bangun ada sedikit rasa sesal di hatinya, selangkangannya terasa sedikit nyilu. Masih tertera dalam benaknya bagaimana perlakuan Johan pada setiap sudut tubuhnya, terutama saat – saat penetrasi yang dramatis. Pagi Jumat itu widya mandi sebersih – bersihnya, berusaha agar jejak – jejak di tubuhnya hilang. Ya…, widya kuatir jika jejak – jejak itu akan terlihat.



Jejaknya mungkin bisa hilang, tapi nikmatnya tidak akan pernah hilang, juga sprei tempat tidurnya direndamnya juga.. widya masuk kantor pagi Jumat itu seperti biasanya. Dari kantor widya menelepon ke Padang memberi tahu suaminya bahwa ia tidak bisa pulang, ada urusan kantor yang harus di bereskan, demikian alasannya. widya berbohong, berusaha untuk mendapatkan tengat waktu yang cukup untuk menghilangkan jejak memerah di tubuhnya dan mencari penyelamatan diri dari perselingkuhan yang tidak dihendakinya itu Di kantor seperti biasa, widya menyelesaikan dengan baik seluruh pekerjaannya hingga sekitar jam setengah 5 sore Jumat itu.



Segera ia pulang. Sesampai di rumah wanita berkulit putih itu langsung menuju kamar mandi, mencuci pakaian dan sprei yang telah ia rendam pagi itu. Dan setelahnya langsung mandi. widya saat itu mengenakan kaos bertangan panjang, dan celana panjang santai berwarna hijau muda berikut penutup kepala seperti biasa, Terlihat segar dan cantik ia sore itu.
Kembali di dalam rumah paviliunnya itu widya berkutat di dapur memasak untuk dirinya sendiri. Lalu membereskan kamarnya, merapikan semua yang dianggapnya tidak pada tempatnya. Senja itu sekitar pukul 6 sore. Itu Johan datang. Tanpa bicara sepatahpun langsung ia menuju rumah induk dan terdengar mandi. Mengenakan kemeja panjang, sesaat kemudian Johan mendatangi wanita muda yang tengah duduk di ruang tamu pavilion kamarnya itu.



Sambil berdiri di pintu ia bertanya pada widya “widya , indak pulang ka Padang (widya, pulang ke Padang ‘gak)”?. “Ma bisa widya pulang… (mana bisa widya pulang)..“, sambil berdiri di pintu paviliun widya sewot menjawab. “widya alun siap ka Padang, takuik pado kasalahan malam kapatang (widya belum siap ke Padang masih takut pada kesalahan yang terjadi malam kemaren)” tambah wanita bertubuh sintal itu…



“Di badan ko panuah jajak pa-buek-an uda.. (di tubuh ini penuh jejak perbuatan abang)” “Apolai jikok uda widya mintak jatah, bisa kiamat beko (apalagi jika suami widya minta, jatah bisa kiamat)” ujar wanita muda tersebut menerangkan. Johan hanya tersenyum dan duduk di sebelah kanan widya. Lalu ia berkata. “Uda ka pai ka Medan malam ‘ko (Abang mau pergi ke Medan malam itu)”. “ Untuk 3 hari se nyo (untuk 3 hari)” tambahnya. Kemudian dia meraih jemari wanita muda tersebut.

“ Uda sayang bana ka widya (abang sangat menyayangi widya)” widya diam saja, merasa percuma untuk menolak karena sudah tidak ada lagi yang perlu ia pertahankan, sebab hubungan yang tercipta diantara mereka sudah tak ada batas lagi sejak malam Jumat yang bergelora kemaren. Johan berjalan menghampiri widya yang duduk dengan tangan masih berada di pangkuannya, memandang mata memandang kedepan, menerawangnya. Mengajaknya agar duduk di sebelah kirinya. Lebih dekat pada sofa di ruangan itu. Kedua tangan Johan berada berada pada bahu kiri widya, perlahan lelaki itu mendekatkan wajahnya, dan mulai mengecup.



Bibir berkumisnya berlabuh pada kening wanita bertubuh sintal itu… widya diam membiarkan saja, bibir berkumis tersebut meluncur turun di sepanjang pipi halusnya sambil tak henti mengecup pipi sebelah kiri tersebut, dari dahinya menuju dagu yang lancip, naik keatas menemukan kedua bibir lembut wanita muda dan langsung melumat Beberapa saat widya membiarkan dan menerima saja perlakuan Johan pada bibirnya itu.

Lelaki gagah itu kini menjulurkan lidahnya, menyelusuri permukaan lembut bibir widya mili demi mili, mendesak kedua bibir tersebut agar memberikan jalan, meyelusuri setiap permukaan gusi dengan lembut dan perlahan. Kedua bibir wanita muda tersebut membuka dengan perlahan, iapun terus mengulum rongga mulutnya beberapa saat hingga widya tergerak membalasnya…, mulai menghisap.. dan kedua tangannya dengan nakal menjamah dada widya yang saat itu masih berpakaian lengkap. widya menengadahkan kepalanya menyambut dengan sukacita. Tubuhnya mulai bersandar ke bahu lelaki tersebut.
widya mengikuti saja… tindakannya tubuhnya mengeliat-geliat dalam geli yang memabukkan. Lalu diapun melepaskan pagutan pada bibirnya. Johan berdiri melangkah ke arah pintu, menutupnya dan kembali kearah wanita muda tersebut. Ditariknya tangan kanan widya untuk masuk kamarnya. Dalam cahaya lampu yang terang widya tak sedikitpun berusaha menolak. Merebahkan widya di ranjang biru muda dalam kamarnya, terlentang…, lalu melepaskan busana widya termasuk pakaian dalamnya yang berwarna putih, juga pakaian yang dikenakannya termasuk pakaian dalam biru tuanya yang membungkus pertemuan pahanya.



dengan cepat tergesa – gesa sekali.., melemparkan semuanya di lantai. widya hanya memandang dengan nafas yang mulai tak teratur. Ada ketakutan dan keinginan kuat yang bercampur widya tau Johan ingin melakukannya lagi seperti juga keinginannya juga. Masih terpatri kuat dalam benaknya kejadian malam sebelumnya yang sangat melenakannya…. widya terlentang pasrah, tubuh Johan mulai menindih, dan kedua kaki wanita muda itu di bukanya.
widya yang tengah memeluk bahu lelaki itu, tak sadari saat ia telah memasukkan kejantanannya pada kewanitaan widya. Hanya rasa nyilu terbit dari pertemuan pahanya, tubuhnya terlonjak kekiri dan kekanan. Lelaki itu bergerak perlahan, menghunjamkan pinggulnya pada pertemuan kedua paha widya yang kedua kakinya terbuka lebar.., dengan tempo yang teratur. Pinggul wanita muda itu menyentak keatas, menyambutnya, menjemput hunjaman batang kokoh tersebut…



hingga akhirnya Johan menghunjam dengan kuat, mendesakkan kejantanannya se dalam-dalamnya, menggeram…, dan mencapai klimaks. Melepaskan semuanya didalam tubuh wanita muda itu. Lalu tubuhnya jatuh masih diatas tubuh wanita berkulit putih tersebut… Padahal widya belum apa – apa. Setelah ia sampai klimaks iapun berdiri mengenakan pakaiannya kembali, menjauh darinya masih dalam kamar tersebut.
“ Uda ka pai ka Medan, jadi tadi itu adolah raso nan ‘ndak uda sampaikan ka widya (Abang akan ke Medan jadi tadi itu adalah rasa yang ingin abang sampaikan pada widya)”, ucap Johan. “ Uda minta maaf, uda tau widya alun apo – apo, lain wakatu uda ‘ndak mamuehkan diek widya (abang minta maaf, abang tau widya belum apa- apa, lain kali abang akan memuaskan dik Win)”, tambah lelaki berkulit gelap tersebut.



widya merasa aneh, Johan malah minta maaf karena persetubuhan itu hanya memuaskan satu pihak saja. Johan minta izin berangkat malam itu kira – kira jam 9 malam. Malam itu widya tinggal sendiri di kamarnya, ada rasa kecewa karena widya merasa hanya jadi sarana pelampiasan nafsu Johan saja. Dan Sabtu itu widya tetap di rumah saja, karena Johan ke Medan selama 3 hari. Merapikan rumah, dan membereskan pakaian untuk bekerjanya Senin nanti. Jam 10 pagi suaminya telpon.
bahwa dia dan anaknya akan ke Bukittinggi hari Sabtu itu sekalian singgah di tempatnya. Suaminya datang sekitar jam 3 sore dengan mobil mereka di tempatnya bersama anaknya berikut mertua widya. Seharian itu widya asyik dengan anak dan suaminya… jalan – jalan di daerah itu. Tak sedikitpun ada kesempatan atau waktu bagi wanita muda tersebut dan suaminya untuk dapat sedikit bermesraan dan berhubungan layaknya suami istri. Minggu sore sekitar jam jam 5 sore suaminya pulang ke Padang. widyapun kembali larut dengan rutinitasnya.. Saat itu widya baru pulang dari kantor sekitar jam 5 sore. Masih sendirian dia karena kakaknya Johan masih belum pulang widya pun mandi membersihkan badannya, karena capai seharian kerja. Selasa malam itu Johan pulang.



Dia pun langsung ke rumah dan mandi. Saat itu widya mengenakan kimono tidur berikut penutup kepala seperti biasa dan celana panjang bermotif bunga.
Mengenakan pakai celana pendek dan hanya kaos kutang Johan lalu menemui widya di kamarnya dan minta widya menemaninya makan, di dalam rumah kakaknya sebab saat itu ia membawa oleh – oleh makanan yang ia beli di jalan. widya yang merasakan lapar akhirnya mau menemaninya makan senja itu. “ Win, uda bali nasi jo gulai kambiang di tampek langganan, lamak mah, kawani uda makan yo (Win, abang, beli nasi dengan gulai kambing di tempat langganan, ini enak Win, kawani abang makan ya)?”,kata Johan. widya menurut saja dan menyajikan makanan itu untuk mereka makan malam itu. Setelah makan widya merasakan makanan amat kentara ‘panas’nya ‘maklum gulai kambing’ pikirnya tubuhnya memanas peluhnya keluar .hingga keningnya basah, Johan juga begitu.



Setelah makan saat itu mereka duduk berhadapan, masih di dalam rumah itu. widya menceritakan tentang kedatangan suaminya hari Sabtu itu kepada Johan. Johan hanya tersenyum simpul dan tidak sedikitpun merasa iri atau cemburu mendengar penuturan wanita muda berkulit putih itu. Kemudian ia berdiri dan meraih tangan kanan widya dan menariknya kearah kamarnya. widya agak keberatan, berusaha melepaskan tangannya karena tak terbiasa… “ Ado apo kok widya di bao ka siko da (ada apa kok widya di bawa kesini)?, tanya widya jengah. “ Ado sasuatu untuak widya (ada sesuatu buat widya)” jawabnya… widya dengan sedikit menahan diri melangkah ke kamar yang terletak di sebelah kiri terpisah dari rumah induk berlantai kayu itu dengan bergandengan tangan. widya dimintanya duduk di tepian kasur spring bed dalam kamar itu, kakinya menjuntai.



widya duduk saja mengikuti permintaannya karena Johan memohon dengan amat sangat, tak terbersit sedikitpun akan hal- hal yang dapat terjadi pada benak wanita cantik tersebut, menurut saja. Springbednya 1 lapis saja sudah lusuh dan jarang dicuci sepertinya.

Juga bau rokok dan minuman terbersit pada hidung wanita bertubuh sintal itu. widya memaklumi kamarnya yang agak jorok dan di sana sini banyak puntung rokok dan botol – botol minuman.. Kemudian Johan memgeluarkan sesuatu dari dalam laci meja di kamarnya berbentuk kotak berwarna hitam. Rupanya ia baru saja membeli sebuah kalung berwarna seperti emas putih. widya merasa tersanjung atas sikapnya itu dan merasa terpuji.. “Iko hadiah (ini hadiah)” katanya. “ Uda mintak widya mamakainyo kini juo (Abang minta widya mau memakainya sekarang juga)” pintanya. widya berusaha menolak “Indak usahlah da…malu…” katanya dengan tersipu-sipu. dan merasa tidak ingin memakainya namun Johan yang saat itu berdiri di depannya terus memaksa.

Akhirnya dengan terpaksa, widya membiarkan lelaki itu bergerak kebelakang untuk melepaskan kalung itu yang tengah dipakainya. widya menurut membiarkan, malah membantunya. Johan melepas penutup kepala widya yang kemudian di letakkannya dia atas ranjang, serta melepas kalung yang selama itu membelit di lehernya. kemudian memberikan kalung yang selama ini widya kenakan ketangan widya, dan memasangkannya kalung berwarna putih itu pada leher mulusnya dari arah belakang, dan mulai saat itu widya memakai kalung pemberian Johan. Setelah kalung putih tersebut terpakai, Johan mulai menciumi dan mengelus tengkuk sebelah kanannya.



Tangan satunya merangkul pinggang widya dari belakang. widya merinding, kepalanya menunduk karena geli, widya berusaha menolakkan kepala Johan dengan tangan kanannya namun Johan terus saja menciumi tengkuknya, widya kegelian… dan Johan tak juga berhenti, sedangkan tangan kirinya sudah tidak berada di bahunya lagi, bergerak melalui ketiak ke depan, pada bukit padat yang membusung di dada widya. “Uhhh…..”widya mengeluh merasakan gairahnya kembali terbit, lalu jemari kedua tangannya, memilin bukit padat yang membusung di dada widya yang saat itu masih terbalut kimono dan pakaian dalamnya.
widya lalu berusaha melepas tangan Johan yang berada di dadanya, namun tidak bisa karena tenaganya lelaki tersebut kuat tak tergoyahkan…! Hingga kancing kimono itu akhirnya dilepaskan Johan. widya diam saja hingga pakaian tersebut jatuh ke lantai. Membaringkan tubuh sintal yang terbuka pada bagian depannya hingga pinggang itu di atas ranjang. Hanya dua buah cup berwarna hijau muda polos, berukuran 34b yang masih menutupi bukit padat yang membusung indah di dada pemiliknya.



Perlahan Johan menciumi belahan dada yamg memutih mulus itu, mata widya memicing menikmati rasa geli yang timbul. “Ahh……..”rintih wanita muda tersebut tak henti-hentinya. Hingga akhirnya penutup dada widya lepas dan membebaskan bukit padat di dada wanita muda itu bersentuhan dengan udara bebas. Johan membalikkan tubuh widya menyamping, hingga mereka berhadapan. Tangannya meraih kebelakang, pengait penutup dada widya dilepaskan berikut kimononya. Tak sedikitpun wanita muda tersebut berusaha melarang atau menolak, karena dirinyapun telah tak punya lagi yang harus dipertahankan. Saat itu pakaian atasnya sudah lepas, tubuh mulus memutih tersebut telanjang hingga pinggang. Pikirannya kosong… Hanya tinggal celana panjang yang masih pada tempatnya.



Kembali Johan membalikkan tubuh mulus itu menelentang, mulai berusaha menarik celana tersebut. widya membiarkan saja menatap sendu pada wajah lelaki gagah tersebut. malah membantu mempermudah dengan mengangkat pinggul hingga pakaian dalam yang berukuran medium dan berwarna putih polos yang merupakan lembaran kain

terakhirnyapun hingga meluncur turun pada kedua tungkai mulusnya dan lepas dilantai. widya telanjang dan terkulai pasrah didera nafsunya yang mulai bergelora. Johanpun berdiri, melepas semua kain yang melekat di tubuhnya, dalam tatapan pasrah widya yang terlentang… telanjang. Lalu rebah di samping kiri nya. widya pun mulai menginginkannya, mungkin karena pengaruh makanan tadi membuat tubuhnya seakan amat panas bergairah. Johan bergerak ia terus membelai dari dada hingga pusat kewanitaannya. Jari tangan kanannya masuk ke dalam lepitan kewanitaan yang basah…,!!! dibantu oleh kedua kaki widya yang membuka memberikan jalan…



widya hanya bisa menatap mata Johan.., menggeliat bak cacing kepanasan dan merintih… “Ohh………”. Lalu Johan berdiri dalam tatapan widya pada punggungnya dia dan mengambil sebuah botol berwarna hitam yang terletak di atas lemarinya. dan kembali duduk di samping kiri wanita muda yang telah telanjang tersebut. Menuangkan isinya yang berwarna merah, keatas perutnya hingga dada dan lehernya amat wangi. Lalu ia menjilat cairan itu yang sudah tumpah di atas kulit perut dan noktah pusarnya hingga leher, ada rasa geli dingin dan gairah yang widya rasakan dalam sinar lampu kamar yang saat itu terang benderang. Ia menjilatnya hingga tandas, lalu kepala Johan turun, meluncur kearah kewanitaannya, tubuhnya kembali berada di lantai, dengan kedua tangan tak henti-hentinya menggeluti bukit padat pada dada wanita bertubuh sintal tersebut.. Spontan kedua kaki widya membuka, dirinya terangsang hebat…..

Saat dirinya yang diam menikmati, Johanpun membuka kewanitaan widya dengan jemari tangan kanannya, lalu menjilatnya dengan lidahnya yang terasa kasar. Wanita bertubuh mulus itu hanya bisa menggeliat dan merintih-rintih. widya memiringkan tubuh karena nikmat dan geli yang dirasakan bersamaan. menarik kepala lelaki itu. Dengan intens lidah Johan…. terus bermain di liang kewanitaan wanita bertubuh sintal tersebut, memggelitiki bagian lembut yang memerah muda dan telah badah itu.



Tampaknya ia amat ingin menyempurnakan dan menuntaskan gairah yang makin membulak-bulak yang melanda tubuh sintal itu.., beberapa saat kemudian widya… orgasme…!!! Tubuhnya mengejang.., pinggulnya menelikung keatas sambil merintih dengan keras. Saat itu widya hanya bisa memicingkan mata… kejang,.. dan merintih.. , semua cairan kewanitaan miliknya dihisap Johan…!!! Johan bangkit .

lalu ia memandang wanita sintal yang terbaring bersimbah keringat. Tangannya yang berbulu kekar membuka kedua kaki widya yang mulai merapat kembali, lalu meraih tangan kanan widya dengan tangan kanannya, tiba-tiba saja widya merasakan.. menyentuh dan memegang.. sebuah tonggak yang kuat. Dirinya kaget, rupanya Johan menarik tangan wanita muda itu agar memegang batang kejantanannya yang kokoh. widya takjub karena ukurannya yang luarbiasa..



Karena agak takut dilepaskannya kembali. Namun Johan dengan cepat menarik tangan wanita berkulit putih itu agar kembali memegangnya. widya menggenggamnya sambil memandang ke wajah lelaki yang terbaring di sampingnya dengan rasa kuatir takut akan menyakitinya.., beberapa saat kemudian widya melepaskannya kembali… Lalu Johan merangkak di atas tubuhnya yang telah lemas dan telentang.



Kedua kaki wanita muda di di bukanya dan ia berjongkok memposisikan kejantanannya dengan tangan kanannya tepat pada lepitan basahnya. Menggesek-gesekkannya seperti kebiasaannya, widyapun turut bergerak, menggeser pinggulnya agar ujung membola batang kokoh itu tepat pada lepitan kewanitaannya. widya memicingkan mata yang ada hanya perasaan geli dan ingin cepat – cepat di masuki saja… Lalu batang kaku itu masuk pelan pelan dengan lancar, awalnya geli, basah dan sebentuk benda hidup masuk..,
sudah tidak sakit lagi…!!! “Uhh….”rintih widya. Tubuh widya terlonjak saat langsung mentok..! Kedua kakinya tetap terbuka. Kembali seluruh tubuh wanita itu di eksplorasi Johan dengan tangannya hingga widya merasa sangat amat bergairah. Sedang kedua tangan wanita muda bertubuh sintal itu di bukanya dan jari merekapun saling mengenggam .di samping bahu telanjang wanita muda itu. Lidahnya menggigit dan menjilati bukit padat berikut puncaknya di dada wanita berkulit putih tersebut perlahan. Bergantian sebelah kiri dan kanan .




Lalu… lelaki itu bergerak menarik pinggulnya perlahan, sehingga lepitan kewanitan widya seperti tertarik keluar dan sebaliknya saat batang kokoh tersebut menusuk ke dalam. Kepala wanita muda terlempar ke kiri dan ke kanan saking nikmatnya rasa yang menderanya. Pinggul padatnya bergerak menyambut dengan memutar di bawah karena terangsang hebat aliran strum birahi dan sesekali menyentak keatas ke bawah pada setiap hujamannya. “Ahh……..”klimaks kembali menghampiri wanita muda tersebut. Ada rasa seperti tersengat listrik…, tubuhnya melengkung keatas dan kedua kakinya menjepit pinggangnya di belakang. Seluruh tubuhnya mengeletar dengan pinggul yang bergerak liar.

widya ingin ia berlama lama dan tak cepat klimaks. Kewanitaannya ber denyut-denyut seolah menjepit merapat dengan kuat. Membuat Johan amat bernafsu sekali dan bergerak makin cepat. Saat itu yang membuat widya merasa takjup saat Johan memompa itu amatlah kuat, iramanya perlahan dengan batang kejantanannya yang kokoh tak henti menghunjam dan hingga beberapa kali dan kira – kira 15 menit kemudian itu Johan semakin cepat dan menumpahkan spermanya sambil menggeram Ada rasa hangat tumpah dalam kewanitaannya.., di rahimnya.




Johanpun mendiamkan kejantanannya di dalam beberapa saat Lalu menggelosoh kesamping.. Kepuasan terpancar pada wajah wanita muda tersebut. Semburat memerah terbit pada wajahnya. Berpelukan mereka terbaring dia tas ranjang yang telah basah dan acak-acakan tersebut. widya terpejam dan merasa hangat pada kewanitaannya. widya puas… Kemudian Johan berdiri dan melangkah masuk kekamar mandi. widya hanya memandang, terlentang dan telanjang dengan kaki masih terbuka, yang ada dalam pikiran saat itu hanya rasa lepas, puas dan tubuh capai, kehabisan tenaga dan daya. Rupanya ia baru saja mandi, saat widya melihatnya keluar dari kamar mandi dengan berlilitkan handuk pada pinggangnya.


Johanpun lantas meminta widya untuk membersihkan diri di kamar mandi itu. widyapun menurut dan beranjak ke kamar mandi, telanjang… Dalam kamar mandi itu widya mengguyur tubuhnya dengan air dingin, segar sekali rasanya. Sewaktu menyabuni tak sedikitpun terbayangkan perlakuan Johan sebelumnya pada bagian – bagian tubuh mulusnya, yang penting tubuhnya bersih dan tidak ada keringat ataupun sisa bau tubuh Johan. Lalu widya melongok ke luar kamar mandi widya meminta handuk untuk menutupi tubuh telanjangnya yang telah segar.




Johan mendekat memberikan handuk yang ia pakai, untuk menutupi dan mengeringkan tubuh wanita muda yang basah setelah mandi. widya melangkah keluar dari kamar mandi dengan menakai handuk yang berwarna biru muda, agak kotor dan bau, mungkin jarang di cuci, namun widya tidak mempunyai pilihan. Di kamar widya pun kembali mencari cari untuk mengenakan pakaian dalamnya namun tidak ada dan widya bertanya. Akhirnya carik segitiga itu dapat di temukan Johan tergeletak di sudut ranjang-nya. widya tidak sadar bahwa benda kecil itu tadinya terlempar oleh perbuatan mereka berdua. Johan berdiri mendekati di depan widya. widya berusaha merebut kain segitiga penutup pertemuan pahanya dari tangan Johan.


Sambil bercanda Johan melemparkan benda itu ke atas ranjang. widya bergerak cepat meraihnya, hampir dapat namun tak di duganya handuk yang melilit tubuh sintalnya terlepas dari tubuhnya. “Aw… ah.. ah.. uda (aw… ah.. ah.. abang)”, widya menjerit manja. widya kembali telanjang, berusaha menutup pertemuan pahanya dengan tangannya. Johan yang telah mengenakan celana dalam itu kembali memeluknya. widya langsung terjerembab jatuh ke atas ranjang itu diikuti tubuh lelaki dan langsung ditindih oleh tubuh besarnya yang masih lembab sehabis mandi. Johan berusaha menciumi bibir wanita menggairahkan tersebut. widya yang gelagapan tak menduganya menerima perlakuannya itu sehingga mereka saling kulum. Saat itu widya pun tidak mau kalah, membalas setiap hisapan lidah Johan Sementara kedua tangan berada di samping kepala widya, sedangkan naluriah tangan widya mendekap bahunya.


Di bawah, widya hanya bisa membalas perlakuan bibir dan lidah Johan, meskipun kedua kakinya telah membuka, menempatkan tubuh Johan diantaranya. Tangan kirinya lalu meraih bukit padat membulat di dada widya dan meremasnya, bibir berkumis lelaki itupun ikut andil dengan memberi gigitan kecil pada bukit padat yang membusung pada bagian kanan sehingga widya mulai bernafsu lagi dan mengikuti tindakan Lelaki itu serta dan membalasnya.. Tangan kiri Johan lalu menyelusuri perut turun kearah bawah pusar menemukan gundukan hangat kewanitaan widya, dan jarinya masuk kedalam..!!



widya semakin tidak karuan, widya sudah mulai basah, gejolak tubuhnya sudah menegang, mendesah… Sementara tangannya masih meremas kedua bukit membusung di dada widya yang puncaknya semakin menjulang, tubuh Johan turun, membuat rasa basahnya semakin menjadi – jadi saat kepala Johan ikut turun, menjilat seluruh isi kewanitaannya. widya tentu saja menjepit kepalanya karena rasa geli.., gairah.., dan rasa yang seakan meledak di dalam tubuhnya sementara kedua tangannya berada pada kepala lelaki tersebut, menarik dan menjambak rambutnya..!! widya mendengus, “Mnnnh ah mm ugh… mm”, widya mulai merasakan ada aliran basah mengalir dari dalam kewanitaannya. Kemudian Johan bangkit dan berdiri, memposisikan tubuhnya sejajar diatas tubuh indah wanita muda tersebut. Tubuhmya telah telanjang juga .




Rupanya saat melakukan rangsangan pada widya, Johan juga melucuti pakaian dalamnya sendiri. Dengan kedua tangannya diraihnya kedua kaki wanita muda itu dan membukanya, sementara widya hanya bisa memegang dengan erat kain sprei… Johan mengarahkan batang kokoh kejantanannya, bersiap memasuki tubuh wanita muda yang telah terkangkang pasrah itu. widya tak berani memandang ke bawah dan hanya menatap ke samping karena agak malu, kuatir dan jengah… Perlahan widya merasakan sebentuk batang yang kokoh tengah memasuki tubuhnya di bawah. Wanita muda itu menggigit bibir bawahnya karena dirasakannya masih terasa seret dan nyilu. Tak dapat lagi ia hentikan karena telah mulai masuk.., rasanya panas dan kaku..!


Lelaki itu bergerak memajukan pinggulnya, mendorong batang tegangnya hingga masuk semuanya.. “Ou… uhh..” erang widya saat batang tegang yang kaku itu amblas terbenam…, tubuhnya menggial… matanya memicing… dengan tangan mencengkeram sprei. widya tau keseluruhan batang tegang Johan telah terbenam amblas dalam kewanitannya saat terasa selangkangan lelaki itu saat berbenturan dengan pertemuan kedua paha widya. Johan diam beberapa saat. Perlahan ditariknya kembali. Terasa lepitan kewanitannya tertarik kembali. Saat widya mulai merasakan nyaman pada kewanitaannya dengan batang tegang itu didalamnya. widya mendesah keras, “Ouhh……” Baru beberapa senti kira-kira seperempat bagian yang keluar Johan mendorong pinggulnya lagi, sangat perlahan..!


hingga mentok, rasanya hangat, masih ada sedikit rasa tebal dan nyilu…!! Johan menarik kembali lagi beberapa saat hingga berulang- ulang, Gerakan Johan semakin cepat, “Uu…auuu… ugh.. ugh…” widya mendesah dengan cepat. Meski tanpa ada gerakan berarti dari tubuh wanita muda bertubuh indah itu karena sudah merasa capai dan otot pinggulnya serasa kaku, ia sangat menikmati persetubuhan ini. widya menjadi agak malu karena saat Johan bergerak memacu pinggulnya itu terdengar ada kecipak bunyi – bunyian pada pertemuan kedua selangkangan mereka yang telah basah oleh keringat. Hingga sekarang widya masih merasa malu pada dirinya sendiri apabila mengingat itu. Beberapa saat kemudian widya mengerang keras dengan serak, matanya terpejam dan meledak…, tubuhnya menegang kejang.., melentingkan punggungnya keatas bak ulat tertusuk duri, menjepit ketat pinggul Johan dengan kedua kakinya yang saling berkait di belakang Bagian dalam kewanitannya kembali berkedut-kedut. Jiwanya serasa ringan, terbang melayang… lalu terkulai.. capai.. “Oh… ahhhhhh… addduhh… ‘duhh” Johan masih terus


bergerak, menghujamkan batang tegangnya pada kelembutan basah kewanitaan widya tak berhenti… malah semakin cepat..!!! widya sudah sangat lemah saat itu, hanya terlentang, terkangkang pasrah. Kedua tangannya tergolek tidak berdaya memegang apapun. Hanya suara kecipak pertemuan kelamin mereka saja dan nafas Johan yang memburu riuh terdengar dalam ruangan itu. Tidak lama kemudian Johan dengan cepat menyusul. Seraya menggeram ia menyentakan pinggulnya ke bawah dengan kuat membuat pinggul wanita muda itu terbenam dalam kelembutan ranjang, menyemburkan cairan kental yang hangat miliknya di dalam kewanitaan widya. Dan iapun rebah lagi diatas tubuh wanita bertubuh sintal itu beberapa saat, lalu menggelosoh ke samping widya.. Jam 2 malam itu juga widya meminta di antar kembali ke kamarnya namun Johan memaksanya tidur di situ. “Da… widya.. ka kamar malam iko yo (bang widya..kekamar malam ini ya..), “Beko Uni uda pulang baa pulo? Bisa gawat da (nanti kakak abang pulang gimana? bisa gawat bang..)”



kata widya tetap ngotot. widya takut jika tiba-tiba kakaknya pulang sedangkan widya berada di dalam kamar adiknya. “ Kan widya masiah latiah, disiko sajo lah. Uni pulangnyo indak mungkin malam ‘ko (kan widya masih letih, disini sajalah, kakakku pulangnya ‘gak mungkin malam ini koq)”, sahut Johan. “widya indak namuah lalok disiko, kalau di caliak urang lain tantang awak apo pulo katonyo beko (widya tidak mau tidur disini, nanti jika dilihat orang lain tentang kita bagaimana)?”, kata widya menerangkan. Dengan berat hati dan malas-malasan widya melangkah diantar Johan ke kamarnya, meski tidak terlalu jauh. Dan untungnya jalan menuju kamarnya lampunya tidak ada sehingga tidak akan ada orang yang tau. Saat sampai di pintu paviliunnyanya. widya masuk tetapi dengan nakal tangan Johan masih sempat meraih dada membusung widya yang langsung menepisnya. Saking lelahnya widya tidak teliti sehingga penutup segitiga pakaian dalamnya masih tertinggal di kamar Johan. widya berbisik pada Johan, “Da, sarawa widya lupo…, (bang pakaian dalam widya lupa di pakai)”dengan tersenyum Johan berkata, “Bisuak lah uda anta-an, maleh bulak baliak (besok abang antarkan, malas bolak balik).
Begitu tau widya tidak mengenakan pakaian dalamnya, tangan Johan lansung meraih ke bawah, berusaha meraba kewanitaannya yang tertutup pakaian tidur. “ Malu ‘da, iko kan dilua (malu ini kan diluar bang..)”, kata widya widya kemudian mencuci muka dan berbaring. Langsung ia tertidur karena kelelahan yang amat sangat akibat persetubuhan tadi. Dan esok nya kembali bekerja seperti biasa. widya juga sudah lupa pakaian dalamnya yang tertinggal di kamar Johan. Setelah dia mengatakan akan menyimpannya di tempat yang aman. widya tidak kuatir lagi…


Share on Google Plus

About Unknown

This is a short description in the author block about the author. You edit it by entering text in the "Biographical Info" field in the user admin panel.
    Blogger Comment
    Facebook Comment

1 comments:

  1. Salam Hangat, selamat pagi.
    Suka Main Poker Uang Asli Tetapi Kalah Terus?
    Ayo Gabung Bersama Kami Di Wayangpoker
    MENANG maupun KALAH Tetap mendapatkan Bonus Setiap Hari
    Wayangpoker Situs terpercaya yang sudah lama berada diantara kita semua.
    Minimal DEPOSIT CUKUP DENGAN Rp,20.000
    Minimal WITHDRAW CUMA Rp.40.000
    BBM : 2BE326CC
    WWW.WAYANGPOKER.POKER

    ReplyDelete